Diberdayakan oleh Blogger.

Find Us On Facebook

Rabu, 12 Februari 2020

SUMPAH PEMUDA PPKn KELAS 8 BAB 5


KONGGRES PEMUDA


A. Hasil Kongres Pemuda I

Peristiwa penting dalam sejarah pergerakan sumpah pemuda adalah menyatukan tekadnya dalam sebuah momentum yang hingga kini dikenal dengan nama Kongres Pemuda I pada 30 April hingga 2 Mei 1926. Saat itu, para kaum muda mulai menyadari bahwa perjuangan mereka membutuhkan persatuan dari semua unsur.
Kongres ini melahirkan gagasan penggunaan Bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan. Salah satu tokoh yang mengemukakan gagasan tersebut adalah Muhammad Yamin yang kala itu aktif dan memimpin organisasi Jong Sumatranen Bond. Melalui pidatonya, Kemungkinan Bahasa-bahasa dan Kesusastraan di Masa Mendatang, Yamin "menyodorkan" bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan. "Saya yakin seyakin-yakinnya bahwa bahasa Melayu lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan dan bahasa persatuan yang ditentukan untuk orang Indonesia. Dan kebudayaan Indonesia masa depan akan mendapatkan pengungkapannya dalam bahasa itu," demikian pidato Yamin, seperti dikutip dari buku Cendekiawan dan kekuasaan dalam negara Orde Baru (2003).
Kongres pemuda adalah sebuah cara yang dilakukan untuk menyatukan rasa kesatuan dan persatuan, serta menanmkan rasa cinta tanah air antar organisasi pemuda Indonesia. Kongres Pemuda I dilaksanakan pada tanggal 30 April sampai 2 Mei 1926 di Batavia (Jakarta). M. Tabrani menjabat sebagai ketua, dan sumarto sebagai wakilnya . Adapun tujuan kongres ini adalah untuk memperkuat rasa kesatuan dan persatuan pemuda.
Namun dalam kongres yang pertama ini belum terwujud disebabkan karena sebagian besar pemuda Indonesia mempunyai rasa kedaerahan yang masih sangat kental, dan sulit untuk menerima masukan. Pada bulan September tahun 1926 para pelajar dari berbagai daerah mendirikan Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI)di Jakarta. PPPI bertujuan memperjuangkan Indonesia merdeka. Kongres Pertama membahas bahasa persatuan. Mohammad Yamin mengusulkan bahasa Melayu. Tetapi penamaan “Bahasa Melayu”, namun Tabrani Soerjowitjitro mengkritik usulan tersebut, dia beranggapan bahwa nusa itu bernama Indonesia, bangsa itu bernama Indonesia, maka bahasa itu harus disebut bahasa Indonesia dan bukan bahasa Melayu, walaupun unsur-unsurnya Melayu.
Namun, ceramah-ceramah yang diberikan dalam kongres masih belum membuahkan hasil. Ini karena masih banyak ego kedaerahan dan kesukuan yang kental dari setiap peserta.
Hasil Konggres Pemuda I adalah:
  1. Mengusulkan agar semua perkumpulan  pemuda bersatu dalam organisasi pemuda Indonesia.
  2. Mengakui dan menerima cita-cita untuk mewujudkan persatuan Indonesia (meskipun dalam hal ini masih belum jelas).
  3.  Adanya upaya untuk menghilangkan pandangan adat, sifat kedaerahan yang kolot, dan sebagainya.
  4. Mempersiapkan diselenggaranya Kongres Pemuda ke II.

B. Hasi Kongres Pemuda II

Menyadari hal ini, para pemuda kemudian mengadakan Kongres Pemuda II yang digelar pada 27 hingga 28 Oktober 1928. Kongres ini mulai menyatukan pemikiran para pemuda dari berbagai daerah untuk satu tujuan bersama yakni berjuang melawan penjajahan. Kongres yang berjalan selama dua hari tersebut akhirnya melahirkan sebuah deklarasi yang dikenang hingga saat ini.
Tokoh yang kembali berjasa dalam merumuskan deklarasi tersebut adalah Muhammad Yamin. Saat kongres tengah berlangsung, Yamin mulai menuliskan gagasan "Sumpah Pemuda" tersebut dalam suatu kertas. Kertas itu kemudian dia sodorkan kepada Soegondo Djojopoespito, yang saat itu menjabat Ketua Kongres. "Ik heb een eleganter formulering voor de resolutie (Saya punya rumusan resolusi yang elegan)," kata Yamin kepada Soegondo, dikutip dari buku Mengenang Mahaputra Prof. Mr. H. Muhammad Yamin Pahlawan Nasional RI (2003). Deklarasi bernama Sumpah Pemuda itu lahir setelah para peserta menyatakan sebuah kesepakatan bersama akan pentingnya persatuan pemuda
Hasil Konggres Sumpah Pemuda II:
1.    Menyepakati seluruh organisasi kepemudaan di Indonesia.
2.    Mengikrarkan Sumpah Pemuda.
Kongres pemuda kedua diadakan pada tanggal 27 Oktober- 28 Oktober 1928 yang diadakan di Jakarta, Kongres Pemuda 2 ini dipimpin oleh Soegondo Djojopoespito dari PPPI sebagai pimpinan acara. Pada Kongres Pemuda 2 inilah didapatkan hasil yang penting yakni Sumpah Pemuda. Penyelenggaraan Kongres Pemuda Dua ini dilakukan di tiga tempat yang berbeda dan terdiri dari tiga pertemuan.

1.    Pertemuan Pertama

Pada tanggal 27 Oktober tahun 1928, bertempat di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond di Waterlooplein. Pada pidato penyambutan oleh Sugondo Djojopuspito sebagai pimpinan panitia, berkeinginan supaya acara ini bisa meningkatkan semangat persatuan di hati pemuda-pemuda.
Menurut Sugondo Djojopuspito persatuan indonesia dapat ditingkatkan melalui 5 hal, yaitu sejarah, bahasa, hukum, budaya, pendidikan, dan tekad.

2.    Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua ini diadakan hari Ahad 28 Oktober 1928, betempat di Gedung Oost-Java Bioscoop. dalam pertemuan ini didiskusikan mengenai problem seputar pendidikan. Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro menyampaikan opini tentang keharusan setiap anak memperoleh pendidikan kebangsaan.

3.    Pertemuan Ketiga

Pertemuan ketiga ini merupakan acara penutupan, bertempat di Gedung Indonesische Clubgebouw yang berada di Jalan Kramat Raya No 106. Pada acara penutupan ini Sunario memaparkan bahwa selain gerakan kepanduan, sifat nasionalisme dan demokrasi adalah sesuatu yang penting.
Pada akhir acara pra-penutup di putarkan lagu Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Supratman dengan iringan biola dan tanpa syair.

Berikut isi Sumpah Pemuda sebagai hasil dari Kongres Pemuda II.

  1. Pertama : KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH INDONESIA.

  1. Kedua : KAMI POEETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA.

  1. Ketiga : KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENDJOENGDJOENG BAHASA PERSATOEAN BAHASA INDONESIA.


0 comment:

Posting Komentar