A. Hasil Kongres Pemuda I
Peristiwa penting
dalam sejarah pergerakan sumpah pemuda adalah menyatukan tekadnya dalam sebuah
momentum yang hingga kini dikenal dengan nama Kongres Pemuda I pada 30 April
hingga 2 Mei 1926. Saat itu, para kaum muda mulai menyadari bahwa perjuangan
mereka membutuhkan persatuan dari semua unsur.
Kongres ini
melahirkan gagasan penggunaan Bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan. Salah
satu tokoh yang mengemukakan gagasan tersebut adalah Muhammad Yamin yang kala
itu aktif dan memimpin organisasi Jong Sumatranen Bond. Melalui pidatonya,
Kemungkinan Bahasa-bahasa dan Kesusastraan di Masa Mendatang, Yamin
"menyodorkan" bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan. "Saya yakin
seyakin-yakinnya bahwa bahasa Melayu lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan
dan bahasa persatuan yang ditentukan untuk orang Indonesia. Dan kebudayaan
Indonesia masa depan akan mendapatkan pengungkapannya dalam bahasa itu,"
demikian pidato Yamin, seperti dikutip dari buku Cendekiawan dan kekuasaan
dalam negara Orde Baru (2003).
Kongres pemuda adalah sebuah cara yang
dilakukan untuk menyatukan rasa kesatuan dan persatuan, serta menanmkan rasa
cinta tanah air antar organisasi pemuda Indonesia. Kongres Pemuda I dilaksanakan pada tanggal 30 April
sampai 2 Mei 1926 di Batavia (Jakarta). M. Tabrani menjabat sebagai ketua, dan
sumarto sebagai wakilnya . Adapun tujuan kongres ini adalah untuk memperkuat
rasa kesatuan dan persatuan pemuda.
Namun dalam kongres yang pertama ini belum
terwujud disebabkan karena sebagian besar pemuda Indonesia mempunyai rasa
kedaerahan yang masih sangat kental, dan sulit untuk menerima masukan. Pada
bulan September tahun 1926 para pelajar dari berbagai daerah mendirikan
Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI)di Jakarta. PPPI bertujuan
memperjuangkan Indonesia merdeka. Kongres Pertama membahas bahasa persatuan.
Mohammad Yamin mengusulkan bahasa Melayu. Tetapi penamaan “Bahasa Melayu”,
namun Tabrani Soerjowitjitro mengkritik usulan tersebut, dia beranggapan bahwa
nusa itu bernama Indonesia, bangsa itu bernama Indonesia, maka bahasa itu harus
disebut bahasa Indonesia dan bukan bahasa Melayu, walaupun unsur-unsurnya
Melayu.
Namun,
ceramah-ceramah yang diberikan dalam kongres masih belum membuahkan hasil. Ini
karena masih banyak ego kedaerahan dan kesukuan yang kental dari setiap peserta.
Hasil Konggres Pemuda I adalah:
- Mengusulkan agar semua perkumpulan pemuda
bersatu dalam organisasi pemuda Indonesia.
- Mengakui dan menerima cita-cita untuk mewujudkan
persatuan Indonesia (meskipun dalam hal ini masih belum jelas).
- Adanya upaya
untuk menghilangkan pandangan adat, sifat kedaerahan yang kolot, dan
sebagainya.
- Mempersiapkan diselenggaranya Kongres Pemuda ke II.
B. Hasi Kongres Pemuda II
Menyadari hal
ini, para pemuda kemudian mengadakan Kongres Pemuda II yang digelar pada 27
hingga 28 Oktober 1928. Kongres ini mulai menyatukan pemikiran para pemuda dari
berbagai daerah untuk satu tujuan bersama yakni berjuang melawan penjajahan.
Kongres yang berjalan selama dua hari tersebut akhirnya melahirkan sebuah
deklarasi yang dikenang hingga saat ini.
Tokoh yang
kembali berjasa dalam merumuskan deklarasi tersebut adalah Muhammad Yamin. Saat
kongres tengah berlangsung, Yamin mulai menuliskan gagasan "Sumpah
Pemuda" tersebut dalam suatu kertas. Kertas itu kemudian dia sodorkan
kepada Soegondo Djojopoespito, yang saat itu menjabat Ketua Kongres. "Ik
heb een eleganter formulering voor de resolutie (Saya punya rumusan resolusi
yang elegan)," kata Yamin kepada Soegondo, dikutip dari buku Mengenang
Mahaputra Prof. Mr. H. Muhammad Yamin Pahlawan Nasional RI (2003). Deklarasi
bernama Sumpah Pemuda itu lahir setelah para peserta menyatakan sebuah
kesepakatan bersama akan pentingnya persatuan pemuda
Hasil Konggres
Sumpah Pemuda II:
1.
Menyepakati
seluruh organisasi kepemudaan di Indonesia.
2.
Mengikrarkan
Sumpah Pemuda.
Kongres
pemuda kedua diadakan pada tanggal 27 Oktober- 28 Oktober 1928 yang diadakan di
Jakarta, Kongres Pemuda 2 ini dipimpin oleh Soegondo Djojopoespito dari PPPI
sebagai pimpinan acara. Pada Kongres Pemuda 2 inilah didapatkan hasil yang
penting yakni Sumpah Pemuda. Penyelenggaraan Kongres Pemuda Dua ini dilakukan
di tiga tempat yang berbeda dan terdiri dari tiga pertemuan.
1.
Pertemuan
Pertama
Pada
tanggal 27 Oktober tahun 1928, bertempat di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond
di Waterlooplein. Pada pidato penyambutan oleh Sugondo Djojopuspito sebagai
pimpinan panitia, berkeinginan supaya acara ini bisa meningkatkan semangat
persatuan di hati pemuda-pemuda.
Menurut
Sugondo Djojopuspito persatuan indonesia dapat ditingkatkan melalui 5 hal,
yaitu sejarah, bahasa, hukum, budaya, pendidikan, dan tekad.
2.
Pertemuan
Kedua
Pertemuan
kedua ini diadakan hari Ahad 28 Oktober 1928, betempat di Gedung Oost-Java
Bioscoop. dalam pertemuan ini didiskusikan mengenai problem seputar pendidikan.
Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro menyampaikan opini tentang keharusan
setiap anak memperoleh pendidikan kebangsaan.
3.
Pertemuan
Ketiga
Pertemuan ketiga ini
merupakan acara penutupan, bertempat di Gedung Indonesische Clubgebouw yang
berada di Jalan Kramat Raya No 106. Pada acara penutupan ini Sunario memaparkan
bahwa selain gerakan kepanduan, sifat nasionalisme dan demokrasi adalah sesuatu
yang penting.
Pada akhir acara
pra-penutup di putarkan lagu Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Supratman
dengan iringan biola dan tanpa syair.
Berikut
isi Sumpah Pemuda sebagai hasil dari Kongres Pemuda II.
- Pertama : KAMI
POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH
INDONESIA.
- Kedua : KAMI
POEETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA
INDONESIA.
- Ketiga : KAMI
POETRA DAN POETRI INDONESIA MENDJOENGDJOENG BAHASA PERSATOEAN BAHASA
INDONESIA.
0 comment:
Posting Komentar