A. Pengertian Pembelajaran Terpadu
Terdapat dua istilah yang secara teoritis memiliki hubungan
yang saling terkait dan ketergantungan satu dan lainya, yaitu intregated intregrated curriculum (kurikulum
terpadu) dan intregated learning
(pembelajaran terpadu). Kurikulum terpadu adalah kurikulum yang menggabungkan
sejumlah disiplin ilmu melalui pemaduan isi, keterampilan dan sikap. Rasional
pemaduan itu antara lain disebabkan oleh beberapa hal berikut,
1. Kebanyakan masalah dan pengalaman
(termasuk pengalaman belajar) bersifat interdisipliner, sehingga untuk
memahami, memepelajari dan memecahkanya diperlukan multi-skill.
2. Adanya tuntutan interaksi
kolaboratif yang tinggi dalam memecahkan berbagai masalah.
3. Memudahkan anak membuat hubungan
antar skemata dan transfer pemahaman antar konteks.
4. Demi efisiensi.
5. Adanya tuntutan keterlibatan anak
yang tinggi dalam proses pembelajaran.
Sejalan dengan hal tersebut diatas, pembelajaran terpadu
banyak dipengaruhi oleh eksplorasi topik yang ada di dalam kurikulum sehingga
anak dapat belajar menghubungkan proses dan isi pembelajaran secara lintas
disiplin dalam waktu bersamaan.
Perbedaan yang mendasar dari konsepsi kurikulum terpadu dan
pembelajaran terpadu terletak pada segi perencanaan dan pelaksanaannya.
Pembelajaran terpadu seharusnya bertolak dari kurikulum terpadu, tetapi
kenyataan menunjukkan bahwa banyak kurikulum yang memisahkan mata pelajaran
satu dengan yang lainnya menuntut pembelajaran yang sifatnya terpadu.
Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dasar dikatakan
sebagai pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk
memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak. Dikatakan bermakna karena
dalam pembelajaran terpadu, anak akan memahami konsep- konsep yang mereka
pelajari itu melalui pengalaman langsung karena di dalamnya orang mengalami
keterlibatan secara keseluruhan, yaitu pikiran dan perasaan. Pengalaman
langsung dalam proses belajar mengajar dapat terjadi melalui percobaan,
diskusi, penelitian, proyek pelayanan, dan sebagainya) dan menghubungkannya
dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.
Kecenderungan pembelajaran terpadu yakni sebagai pendekatan
yang berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan
anak (Developmentally Appropriate
Practice). Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak
drill sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak. Para
Gestaltis adalah tokoh- tokoh yang dirujuk berkenaan dengan pembelajaran yang
harus bermakna, disamping juga teori Piaget dan para Kognitivis lain yang
menekankan pentingnya program pembelajaran yang berorientasi DAP.
Pelaksanaan pendekatan ini bertolak dari suatu topic atau
tema yang dipilih/ dikembangkan guru bersama anak. Tujuan dari tema ini bukan
untuk literasi bidang studi, akan tetapi konsep- konsep dari bidang studi
terkait dijadikan alat dan wahana untuk mempelajari dan menjelajahi topic atau
tema tersebut.
Jika dibandingkan dengan pendekatan konvensional, pembelajaran
terpadu tampaknya lebih menekankan keterlibatan anak dalam belajar, membuat
anak secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan.
Pendekatan ini lebih mungkin menjadi sesuatu yang dikemukakan oleh John Dewey
dengan konsep Learning by Doing-nya.
Pendekatan pembelajaran terpadu dapat dipandang sebagai
upaya untuk memperbaiki upaya pendidikan di tingkat dasar, terutama dalam
rangka mengimbangi gejala penjejalan kurikulum yang sering terjadi dalam proses
pembelajaran di sekolah.
Walaupun “penjejalan kurikulum” mungkin mengandung unsur
kebaikan, namun di pihak lain efeknya pada perkembngan anak- anak adalah buruk,
karena menuntut anak mengerjakan aktivitas atau tugas yang melebihi kapasitas
dan kebutuhan mereka. Efek negative itu menyebabkan anak kehilangan sesuatu
yang lain seharusnya bisa mereka kerjakan. Jika anak hanya merrespon tanda-
tanda dari guru, mereka akan kehilangan pengelaman pembelajaran alamiah
langsung, pengalaman sensorik dari dunia mereka yang membentuk dasar kemampuan
pembelajaran abstrak menjadi tidak tesentuh. Padahal itu merupakan
karakteristik utama perkembangan utama anak Sekolah Dasar.
Berdasarkan
uraian diatas, maka pengertian pembelajaran terpadu dapat dilihat sebagai
berikut:
1. Pembelajaran yang beranjak dari
suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian (center of interest) yang digunakan
untuk memahami gajala- gejala dan konsep lain baik yang berasal dari bidang
studi lainnya,
2. Suatu pendekatan pembelajaran yang
menghubungkan berbagai bidang studi yang mencerminkan dunia nyata disekeliling
dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak.
3. Suatu cara untuk mengembangkan
pengetahuan dan ketrampilan anak secara simultan
4. Merakit atau menggabungkan sejumlah
konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda, dengan harapan anak akan
belajar dengan lebih baik dan bermakna.
Pengertian
pembelajaran terpadu menurut beberapa pakar pembelajaran terpadu, yaitu:
1. Menurut Cohen, Manion, dan Brand
terdapat tiga kemungkinan fariasi pemebelajaran terpadu yang berkaitan dengan
pendidikan yang dilaksanakan dalam suasana pendidikan progresif yaitu :
a. Kurikulum terpadu (integrated
curriculum)
Kurikulum terpsdu adalah kegiatan menata keterpaduan
berbagai materi mata pelajaran melalui suatu tema lintas bidang membentuk suatu
keseluruhan yang bermakna sehingga batas antara berbagai bidang studi tidaklah
ketat ataua boleh dikatakan tidak ada.
b. Hari terpadu (integrated day)
Hari terpadu berupa perencanaan kegiatan siswa dari suatu
kelas pada hari tertentu untuk mempelajari atau mengerjakan berbagai kegiatan
sesuai dengan minat mereka.
c. Pembelajaran terpadu (integrated
learning)
Pembelajaran terpadu menunjuk pada kegiatan belajar yang
terorganisasikan secara lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu
atau pelajaran tertentu sebagai titik pusatnya (center core / center of
interest)
2. Menurut Prabowo, Pembelajaran
terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang
studi.
Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar
yang memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik.
Pendekatan yang berasal dari teori pembelajaran yang menolak drill-system
sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur inteleklual anak.
Berdasarkan beberapa pengertian di
atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
terpadu adalah pendekatan pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan
beberapa aspek, baik dalam intra pelajaran maupun antar mata pelajaran dan
disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik sehingga pembelajaran
akan lebih bermakna.
B.
Prinsip-prinsip Pembelajaran Terpadu
1. Prinsip penggalian tema
a. Tema hendaknya tidak terlalu luas,
namun dengan mudah dapat digunakan memadukan banyak bidang studi
b. Tema harus bermakna, artinya bahwa
tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar
selanjutnya
c. Tema harus disesuaikan dengan
tingkat perkembangan psikologis anak
d. Tema yang dikembangkan harus mampu
mewadahi sebagian besar minat anak
e. Tema yang dipilih hendaknya
mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi dalam rentang waktu
belajar
f. Tema yang dipilih hendaknya
mempertimbangkan kurikulum yang berlaku, serta harapan dari masyarakat.
g. Tema yang dipilih juga hendaknya
mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.
2. Prinsip pelaksanaan pembelajaran
terpadu
a. Guru hendaknya menjadi “single
actor” yang mendominasi pembicaraan dalam proses belajar mengajar
b. Pemberian tanggungjawab individu dan
kelompok harus jelas dalam setiap tugasyang menuntut adanya kerjasama kelompok
c. Guru perlu akomodatif terhadap
ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam proses perencanaan.
3. Prinsip evaluasi
a. Memberi kesempatan kepada siswa
untuk melakukan evaluasi diri di samping untuk evaluasi lainnya.
b. Guru perlu mengajak siswa untuk
mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan criteria
keberhasilan pencapaian tujuan yang telah disepakati dalam kontrak.
4. Prinsip reaksi
Guru dituntut agar mampu
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas
tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap reaksi siswa dalam
semua “event” yang tidak diarahkan ke aspek yang sempit tetapi ke suatu
kesatuan utuh dan bermakna.
Waktu pembelajaran terpadu bisa
bermacam-macam yaitu:
a. Pembelajaran terpadu yang
dilaksanakan pada waktu tertentu, yaitu apabila materi yang apabila materi yang
dijalankan cocok sekali diajarkan secara terpadu.
b. Pembelajaran terpadu bersifat
temporer, tanpa kepastian waktu dan bersifat situasional, dimana pelaksanaanya
tidak mengikuti jadwal yang teratur.
c. Pembelajaran terpadu secara
periodik, misalnya setiap akhir minggu, atau akhir caturwulan. Waktu-waktunya
telah dirancang secara pasti.
d. Pembelajaran terpadu sehari penuh,
selama satu hari tidak ada pembelajaran yang lain, yang ada siswa belajar
dengan yang diinginkan, siswa sibuk dengan urusanya masing-masing. Pembelajaran
terpadu ini dikenal dengan istilah “intregated day” atau hari terpadu.diawali
dengan kegiatan pengelolaan kelas yang meliputi penyiapan aspek-aspek kegiatan
belajar, alat-alat, media dan peralatan lainya yang menunjang terlaksanaya
pembelajaran terpadu.
KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN TERPADU
Penerapan pendekatan pembelajaran
terpadu di sekolah dasar biasa disebut sebagai suatu upaya untuk memperbaiki
kualitas pendidikan, terutama dalam rangka mengimbangi gejala penjejalan isi
kurikulum yang sering terjadi dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan di
sekolah-sekolah. Penjejalan isi kurikulum tersebut dikhawatirkan akan
mengganggu perkembangan anak, karena terlalu banyak menuntut anak untuk
mengerjakan aktivitas atau tugas-tugas yang melebihi kapasitas dan kebutuhan
mereka. Dengan demikian anak kehilangan sesuatu yang seharusnya bisa mereka
kerjakan. Jika dalam proses pembelajaran anak hanya merespon segalanya dari
guru, maka mereka akan kehilangan pengalaman pembelajaran yang alamiah dan
langsung (direct experiences).
Pengalaman-pengalaman sensorik yang membentuk dasar kemampuan pembelajaran
abstrak siswa tidak tersentuh, hal tersebut merupakan karakteristik utama
perkembangan anak usia sekolah dasar. Di sinilah mengapa pembelajaran terpadu
sebagai pendekatan baru dianggap penting untuk dikembangkan di sekolah dasar.
Menurut Depdikbud (1996:3), pembelajaran terpadu sebagai
suatu proses mempunyai beberapa karakteristik atau ciri-ciri yaitu: holistik,
bermakna, otentik, dan aktif.
1. HOLISTIK
Suatu gejala atau fenomena yang
menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari
beberapa bidang kajian sekaligus,tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak.
Pembelajaran terpadu memungkinkann siswa untuk memahami suatu fenomena dari
segala sisi. Pada gilirannya nanti, hal ini akan membuat siswa lebih arif dan
bijak di dalam menyikapi atau mengahdapi kejadian yang ada di depan mereka.
2. BERMAKNA
Pengkajian suatu fenomena dari
berbagai aspek seperti yang dijelaskan di atas, memungkinkan terbentuknya
semacam jalinan antar konsep-konsep yang berhubungan yang disebut skemata. Hal
ini akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari. Rujukan yang
nyata dari semua konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep
lainnya akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari. Selanjutnya, hal ini
akan mengakibatkan pembelajaran yang fungsional. Siswa mampu menerapkan
perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah yang muncul dalam
kehidupannya.
3. OTENTIK
Pembelajaran terpadu memungkinkan
siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep yang ingin
dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara langsung. Mereka memahami dari
hasil belajarnya sendiri, bukan sekedar pemberitahuan guru. Informasi dan
pengetahuan yang diperoleh sifatya lebih otentik. Misalnya, hukum pemantulan
cahaya diperoleh siswa melalui eksperimen. Guru lebih banyak berperan sebagai
fasilitator, sedangkan siswa bertindak sebagai aktor pencari informasi dan
pemberitahuan.
4. AKTIF
Pembelajaran terpadu menekankan
keaktifan siswa dalam pembelajaran, baik secara fisik, mental, intelektual,
maupun emosional guna tercapainya hasil belajar yang optimal dengan mempertimbangkan
hasrat, minat dan kemampuan siswa sehingga mereka termotivasi untuk
terus-menerus belajar. Dengan demikaian, pembelajaran terpadu bukan hanya
sekedar merancang aktivitas-aktivitas dari masing-masing mata pelajran yang
saling terkait. Pembelajaran terpadu bisa saja dikembangkan dari suatu tema
yang disepakati bersama dengan melirik aspek-aspek kurikulum yang bisa
dipelajari secara bersama melalui pengembangan tema tersebut.
Selain itu, Hilda Karli dan Margaretha (2002:15)
mengemukakan beberapa ciri pembelajaran terpadu, yaitu sebagai berikut :
1. Holistik, suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam
pembelajaran terpadu dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus untuk memahami
suatu fenomena dari segala sisi.
2. Bermakna, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan
menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari dan diharapkan anak mampu
menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah- masalah nyata di
dalam kehidupannya.
3. Aktif, pembelajaran terpadu dikembangkan melalui pendekatan
diskoveri-inquiri. Peserta didik terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran yang secara tidak langsung dapat memotivasi anak untuk belajar.
Sejalan dengan itu, Tim Pengembang
PGSD (1977: 7) mengemukakan bahwa pembelajaran terpadu memiliki ciri-ciri
berikut ini :
1. Berpusat pada anak (Student
Centered)
Pada dasarnya pembelajaran terpadu
merupakan suatu system pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa,
baik secara individu maupun secara kelompok. Siswa dapat aktif mencari,
menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan
yang harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya. Siswa dapat mencari tahu
sendiri apa yang dia butuhkan. Hal ini sesuai dengan penedekatan belajar modern
yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar. peran guru lebih
banyak sebagai fasilitator yaitu memberkan kemudahan-kemudahan kepada siswa
untuk melakukan aktivitas belajar.
2. Memberikan pengalaman langsung pada anak (Direct Experince)
Pembelajaran terpadu diprogramkan
untuk melibatkan siswa secara langsung pada konsep dan prisip yang dipelajari
dan memungkinkan siswa belajar dengan melakukan kegiatan secara langsung
sehingga siswa akan memahami hasil belajarnya secara langsung. Siswa akan
memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami,
bukan sekedar memperoleh informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak
sebagai fasilitator yang membimbing ke arah tujuan yang ingin dicapai.
Sedangkan siswa sebagai aktor pencari fakta serta informasi untuk mengembangkan
pengetahuannya. Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu
yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3. Pemisahan antara bidang studi tidak begitu jelas
Pembelajaran terpadu memusatkan
perhatian pada pengamatan dan pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari
beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang
terkotak-kotak/dibatasi. Sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu
fenomena pembelajaran dari segala sisi, yang pada gilirannya nanti akan membuat
siswa lebih arif dan bijak dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada.
Bahkan dalam pelaksanaan kelas-kelas
awal, fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling
dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4. Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu
proses pembelajaran
Pembelajaran terpadu mengkaji suatu
fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan antarskema
yang dimiliki oleh siswa, sehingga akan berdampak pada kebermaknaan dari materi
yang dipelajari siswa. Hasil yang nyata didapat dari segala konsep yang
diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang dipelajari siswa.
Hal ini mengakibatkan kegiatan belajar menjadi lebih bermakna. Dari kegiatan
ini diharapkan dapat berakibat pada kemampuan siswa untuk dapat menerapkan apa
yang diperoleh dari belajarnya pada pemecahan masalah-masalah yang nyata dalam
kehidupan siswa tersebut sehari-hari. Dengan demikian siswa dapat memahami
konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untik membantu siswa
dalam memecahkan masalah yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari.
5. Bersikap luwes (Fleksibel)
Pembelajaran terpadu bersifat luwes,
sebab guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu bahan ajar dengan mata
pelajaran lainnya, bahkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana
sekolah dan siswa berada.
6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan
kebutuhan anak.
Siswa diberi kesempatan untuk
mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu bertolak
dari minat dan kebutuhan siswa. Menggunakan prinsip belajar menyenangkan bagi
siswa. Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi,
komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. Dengan demikian, siswa
diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
Dari beberapa pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan
bahwa karakteristik pembelajaran terpadu meliputi:
1. Berpusat pada anak
Pada dasarnya pembelajaran terpadu
merupakan suatu sistem pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa,
baik secara individu maupun secara kelompok. Sehingga siswa dapat aktif
mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu
pengetahuan yang harus dikuasainya dan dibutuhkannya sesuai dengan
perkembangannya. Dalam pembelajaran terpadu peran guru lebih banyak sebagai
fasilitator dan siswa dituntut untuk selalu
aktif dalam pembelajaran.
Contoh:
Guru
melaksanakan tugasnya sebagai fasilitator, salah satunya menciptakan suasana
kelas yang menyenangkan. Sehingga kelas lebih terasa nyaman dan mengasyikan
untuk belajar. Selain itu, guru dapat berperan sebagai fasilitator dalam
kegiatan praktikum. Guru hanya memberi petunjuk dan mengarahkan proses
pelaksanaan praktikum. Siswa melaksanaakan praktikum sendiri sesuai dengan
arahan dari guru. Siswa mencatat hasil praktikumnya. Guru meluruskan konsep
yang salah. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil praktikum.
2. Otentik
Pembelajaran terpadu diprogramkan
untuk melibatkan siswa secara otentik (langsung) pada konsep dan prisip yang dipelajari. Kegiatan tersebut memungkinkan siswa belajar
dengan melakukan kegiatan secara langsung sehingga siswa akan memahami hasil
belajarnya secara langsung sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami,
bukan sekedar memperoleh informasi dari gurunya. Dengan pengalaman langsung
ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk
memahami hal-hal yang lebih abstrak.
Contoh:
Guru
mengajak siswa ke tempat sesuai dengan materi pelajaran yang dipelajari,
misalnya museum, pantai, gunung, kebun, dan lain sebagainya. Dengan pengalaman
langsung tersebut, siswa dapat mengetahui dengan jelas serta memahami materi
yang dipelajari.
3. Pemisahan antara bidang studi tidak begitu jelas
Pembelajaran terpadu memusatkan
perhatian pada pengamatan suatu peristiwa dari beberapa mata pelajaran
sekaligus. Pemisahan antara bidang studi tidak ditonjolkan. Sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu
fenomena pembelajaran dari segala sisi. Fokus pembelajaran diarahkan kepada
pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
Contoh:
Guru bercerita “Menjenguk Teman yang Sakit”.
“Jam 06.30, Andi pergi ke sekolah.
Sebelum berangkat, tidak lupa Andi berpamitan kepada kedua orang tuanya.
Sesampainya disekolah, Andi dan teman-temannya dikejutkan dengan berita bahwa
Jery teman sekelasnya tidak masuk sekolah karena mengalami kecelakaan lalu
lintas. Jery melanggar peraturan lalu lintas karena ia mengendarai sepeda di
sebelah kanan jalan. Andi dan teman-temannya iuran untuk menjenguk Jery. Uang
iuran terkumpul Rp.100.000,00. Uang tersebut dibelikan 2 bungkus Roti tawar,
masing-masing seharga Rp. 7.500,00. Selain itu membeli buah-buahan : 1 kilogram
Apel seharga Rp.20.000,00 dan 2 kilogram jeruk seharga Rp. 30.000,00 dan
sisanya ditaruh di dalam amplop untuk diberikan kepada Jery.
4. Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu
proses pembelajaran
Pembelajaran terpadu mengkaji suatu
fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan antarskema
yang dimiliki oleh siswa, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah
kebermaknaan konsep yang dipelajari secara utuh dan diharapkan anak mampu
menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah nyata di dalam
kehidupannya.
Contoh:
Siswa belajar tentang jual beli dengan menggunakan metode
bermain peran. Ada yang berperan sebagai penjual dan pembeli. Dalam bermain
permain peran tersebut, terjadi interaksi antara penjual dan pembeli. Dalam
berinteraksi sebagai penjual dan pembeli terdapat komunikasi. Jadi, siswa dapat
belajar bagaimana cara berkomunikasi yang baik (mata belajaran Bahasa
Indonesia), materi tentang pasar tersebut (penjual, pembeli, tawar-menawar)
termasuk dalam mata pelajaran IPS dan tawar menawar harga yang terjadi antara
penjual dan pembeli termasuk dalam pembelajaran matematika. Jadi, dalam
kegiatan pembelajaran tersebut terdapat kebermaknaan antar konsep mata
pelajaran satu dengan mata pelajaran lain.
5. Bersikap luwes
Pembelajaran terpadu bersifat luwes,
sebab guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu bahan ajar dengan mata
pelajaran lainnya, bahkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana
sekolah dan siswa berada.
Contoh:
Guru dengan fleksibel dapat mengaitkan beberapa bahan ajar.
Dalam mengaitkan beberapa bahan ajar tersebut, guru menyesuaiakan dengan
lingkungan sekitar siswa. Misalnya dalam pelajaran olahraga, siswa sedang
bermain bola. Kemudian dalam pembelajaran IPA materi gravitasi bumi, guru
membahas kembali kegiatan ketika olah raga. Guru menanyakan mengapa bola
dilempar akan jetuh ke tanah?
6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan
kebutuhan anak
Siswa diberi kesempatan untuk
mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu bertolak
dari minat dan kebutuhan siswa. Menggunakan prinsip belajar menyenangkan bagi
siswa. Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi,
komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
Tujuan Pembelajaran Terpadu
Pembalajaran terpadu dikembangkan
selain untuk mencapai tujuan pembalajaran yang telah
ditetapkan, diharapkan siswa juga
dapat :
1. Meningkatkan pemahaman konsep
yang dipelajarinya secara lebih bermakna,
2. Mengembangkan keterampilan
menemukan, mengolah, dan memanfaatkan informasi,
3. Menumbuhkembangkan sikap positif,
kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan,
4. Menumbuhkembangkan keterampilan
sosial seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat
orang lain,
5. Meningkatkan minat dalam belajar,
6. Memilih kegiatan yang sesuai
dengan minat dan kebutuhannya.
D. Kemanfaatan Pembalajaran Terpadu
Ada beberapa manfaat dalam
menggunakan pembelajara terpadu, yaitu :
1. Memungkinkan anak mengekplorasi
dan mengekpresikan pengetahuan dan keterampilannya melalui berbagai kegiatan.
2. Meningkatkan pemahaman anak
secara komprehensif.
3. Meningkatkan kecakapan berpikir
anak
4. Banyak topik yang tertuang di
setiap mata pelajaran mempunyai keterkaiatan konsep dengan yang dipelajari
siswa.
5. Pada pembelajaran terpadu memungkinkan
siswa memanfaatkan keterampilannya yang dikembangkan dari mempelajari
keterkaitan antarmata pelajaran.
6. Pembelajaran terpadu melatih
siswa untuk semakin banyak membuat hubungan inter dan antarmata pelajaran,
sehingga siswa mampu memproses informasi dengan cara yang sesuai daya pikirnya
dan memungkinkan berkembangnya jaringan konsep-konsep.
7. Pembalajaran terpadu membantu
siswa dapat memecahkan masalah dan berpikir kritis untuk dapat dikembangkan
melalui keterampilan dalam situasi nyata.
8. Daya ingat (retensi) terhadap
materi yang dipelajari siswa dapat ditingkatkan dengan jalan memberikan
topik-topik dalam berbagai ragam situasi dan berbagai ragam kondisi.
9. Dalam pembelajaran terpadu
transfer pembelajaran dapat mudah terjadi bila situasi pembelajaran dekat
dengan situasi kehidupan nyata.
10. Meningkatkan interaksi sosial
anak.
11. Meningkatkan profesionalisme
guru.
E. Model-model pembelajaran terpadu
1. Pembelajaran Terpadu Tipe
Terhubung (Connected)
Connected Model adalah model pengembangan
kurikulum yang menggabungkan secara jelas satu topik dengan topik berikutnya,
satu konsep dengan konsep lainnya, satu kemampuan dengan kemampuan lainnya,
kegiatan satu hari dengan hari lainnya, dalam satu mata pelajaran.
Contoh pengajaran menggunakan
pembelajaran terpadu tipe terhubung (connected) :
Guru menghubungkan/menggabungkan
konsep matematika tentang uang dengan konsep jual beli, untung rugi, simpan
pinjam, dan bunga.
a. Kelebihan
1. Guru akan dapat melihat gambaran
yang menyeluruh dan kemampuan/indikator yang digabungkan;
2. kegiatan anak lebih terarah untuk
mencapai kemampuan yang tertera pada indikator;
3. siswa memperoleh gambaran secara
menyeluruh tentang suatu konsep sehingga transfer pengetahuan akan sangat mudah
karena konsep-konsep pokok dikembangkan terus-menerus;
4. siswa dapat memperoleh gambaran
yang lebih jelas dan luas dari konsep yang dijelaskan dan juga siswa diberi
kesempatan untuk melakukan pedalaman, tinjauan, memperbaiki dan mengasimilasi
gagasan secara bertahap.
b. Kekurangan
1. model ini belum memberikan
gambaran yang menyeluruh karena belum menggabungkan bidang-bidang
pengembangan/mata pelajaran yang lain;
2. model ini kurang mendorong guru
bekerja sama karena relatif mudah dilaksanakan secara mandiri;
3. bagi guru bidang studi mungkin
kurang terdorong untuk menghubungkan konsep yang terkait karena sukarnya
mengatur waktu untuk merundingkannya atau karena terfokus pada keterkaitan
konsep, maka pembelajaran secara global jadi terabaikan.
2. Pembelajaran Terpadu Model Jaring
Laba-Laba (Webbed)
Tahapan atau Langkah untuk membuat
rancangan pembelajaran terpadu dengan model jaring laba-laba di TK, yaitu:
1. mempelajari kompetensi dasar,
hasil belajar dan indikator setiap bidang pengembangan untuk masing-masing
kelompok usia;
2. mengidentifikasi tema dan subtema
dan memetakannya dalam jaring tema;
3. mengidentifikasi indikator pada
setiap kompetensi bidang pengembangan melalui tema dan subtema;
4. menentukan kegiatan pada setiap
bidang pengembangan dengan mengacu pada indikator yang akan dicapai dan subtema
yang dipilih;
5. menyusun Rencana Kegiatan
Mingguan;
6. menyusun Rencana Kegiatan Harian.
Contoh dari penggunaan pembelajaran
terpadu model jaring laba-laba (webbed) ini adalah : siswa dan guru menentukan
tema misalnya air, maka guru-guru mata pelajaran dapat mengajarkan tema air itu
ke dalam sub-sub tema misalnya siklus air, kincir air, air waduk, air sungai,
bisnis air dari PDAM yang tergabung dalam mata pelajaran matematika, IPS, IPA,
dan Bahasa.
a. Kelebihan
1. Siswa adalah diperolehnya
pandangan hubungan yang utuh tentang kegiatan dari ilmu-ilmu yang berbeda;
2. faktor motivasi berkembang karena
adanya pemilihan tema yang didasarkan pada minat siswa;
3. siswa dapat dengan mudah melihat
bagaimana kegiatan yang berbeda dan ide yang berbeda dapat saling berhubungan.
b. Kekurangan
1. kecenderungan untuk mengambil
tema sangat dangkal sehingga kurang bermanfaat bagi siswa;
2. seringkali guru terfokus pada
kegiatan sehingga materi atau konsep menjadi terabaikan;
3. memerlukan keseimbangan antara
kegiatan dan pengembangan materi pelajaran.
3. Pembelajaran Terpadu Model
Integrated (Terpadu)
Integrated Model adalah model
pengembangan kurikulum yang menggunakan pendekatan lintas bidang ilmu utama
dengan mencari keterampilan, konsep dan sikap yang tumpangtindih. Dalam konteks
pembelajaran TK, Integrated Model adalah model pengembangan kurikulum yang menggunakan
pendekatan lintas bidang pengembangan. Model ini berusaha memberikan gambaran
yang utuh pada anak tentang tujuan melakukan kegiatan-kegiatan yang terdapat
dalam bidang-bidang pengembangan.
Contoh penerapan pembelajaran
terpadu tipe keterpaduan adalah : Pada awalnya guru menyeleksi konsep-konsep
keterampilan dan nilai sikap yang diajarkan dalam satu semester dari beberapa
mata pelajaran misalnya: matematika, IPS, IPA dan Bahasa. Selanjutnya dipilih
beberapa konsep, keterampilan dan nilai sikap yang memiliki keterhubungan yang
erat dan tumpang tindih di antara beberapa mata pelajaran.
a. Kelebihan
1. Guru akan dapat melihat gambaran
yang menyeluruh dari kemampuan yang dikembangkan dari berbagai bidang
studi/mata pelajaran;
2. memberikan kegiatan yang lebih
terarah pada tiap bidang pengembangan untuk mencapai kemampuan yang telah
ditentukan pada indikator;
3. siswa merasa senang dengan adanya
keterkaitan dan hubungan timbale balik antar berbagai disiplin ilmu;
4. memperluas wawasan dan apresiasi
guru.
b. Kekurangan
1. Cukup sulit dilaksanakan karena
membutuhkan guru yang berkemampuan tinggi dan yakin dengan konsep dan kemampuan
yang akan dikembangkan di setiap bidang pengembangan;
2. kurang efektif karena membutuhkan
kerjasama dari banyak guru;
3. sulit mencari keterkaitan antara
mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya, juga mencari keterkaitan aspek
keterampilan yang terkait;
4. dibutuhkan banyak waktu pada
beberapa mata pelajaran untuk didiskusikan guna mencari keterkaitan dan mencari
tema.
F. Kelebihan dan Kekurangan
Pembelajaran Terpadu
1. Kelebihan
Kelebihan tersebut didasari oleh
beberapa alasan.
1. Materi pelajaran menjadi dekat
dengan kehidupan anak sehingga anak dengan mudah memahami sekaligus
melakukannya.
2. Siswa juga dengan mudah dapat
mengaitkan hubungan materi pelajaran di mata pelajaran yang satu dengan mata
pelajaran lainnya.
3. Dengan bekerja dalam kelompok,
siswa juga dapat mengembangkan kemampuan belajarnya dalam aspek afektif dan
psikomotorik, selain aspek kognitif.
4. Pembelajaran terpadu mengakomodir
jenis kecerdasan siswa.
5. Dengan pendekatan pembelajaran
terpadu guru dapat dengan mudah menggunakan belajar siswa aktif sebagai metode
pembelajaran.
2. Kekurangan
1. Aspek Guru: Guru harus berwawasan
luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa
percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara
akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar
penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa
kondisi ini, maka pembelajaran terpadu akan sulit terwujud.
2. Aspek peserta didik: Pembelajaran
terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif “baik”, baik
dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model
pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan
asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif (menggali
dan menemukan). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model
pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.
3. Aspek sarana dan sumber
pembelajaran: Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber
informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet.
Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan.
Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan
terhambat.
4. Aspek kurikulum: Kurikulum harus
luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan
pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam
mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta
didik.
5. Aspek penilaian: Pembelajaran
terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu
menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian
terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk
menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang
komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi
pelajaran berasal dari guru yang berbeda.
6. Suasana pembelajaran:
Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan
‘tenggelam’nya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengajarkan
sebuah TEMA, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi
gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang
pendidikan guru itu sendiri.
G. Cara/Strategi Pembalajaran
Terpadu
Pembelajaran terpadu dapat
dilaksanakan dengan dua cara yaitu memadukan siswa dan memadukan
materi-materidari matapelajaran-matapelajaran.
1. Integrasi melalui pemaduan siswa
Cara ini memadukan beberapa kelas
menjadi satu kelas, sehingga 1 pembelajaran kelas diikuti oleh lebih dari satu
tungkat usia siswa. Misalnya kelas 1 dan kelas 2 SD diajar matematika
bersama-sama. Cara ini tentunya memerlukan keahlian guru untuk memberikan tugas
yang bertingkat sehingga siswa belajar dari yang mudah menuju tingkat yang
lebih sulit. Siswa kelas 1 dapat belajar dari siswa yang lebih tua dan lebih
pengetahuannya, sedangkan siswa yang lebih tua (kelas 2) dapat mengajarkan
pengetahuannya kepada siswa yang lebih muda.
2. Integrasi materi/mata pelajaran
Cara ini memadukan materi dari
beberapa mata pelajaran dalam satu kesatuan kegiatan pembelajaran. Dalam 1
kegiatan pembelajaran siswa belajar berbagai mata pelajaran misal matematika,
Bahasa, IPA, dan IPS. Cara ini biasanya dilakukan dengan memadukan topik-topik
(tema-tema) menjadi satu kesatuan tema yang disebut tematik unit. Tematik unit
merupakan rangkaian tema yang dikembangkan dari suatu tema dasar. Sedangkan
tema dasar merupakan pilihan atau kesepakatan antara guru dengan siswa berdasarkan
kajian keseharian yang dialami siswa dengan penyesuaian dari materi-materi yang
ada pada kurikulum. Selanjutnya tema dasar tersebut dikembangkan menjadi banyak
tema yang disebut unit tema (subtema).
H. Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran
Terpadu
Pada dasarnya ada 2 tahap yang harus
dilalui dalam prosedur pembelajaran terpadu yaitu tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan dan tahap evaluasi.
1. Tahap Perencanaan Pembelajaran
Terpadu
Perencanaan pembelajaran pada
dasarnya adalah rangkaian yang memuat isi dan kegiatan pembelajaran yang
bersifat menyeluruh dan sistematis, yang akan digunakan sebagai pedoman oleh
guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Dalam pembalajaran terpadu
perencanaan yang harus dilakukan seorang guru adalah sebagai berikut :
a. Pemilihan tema dan unit-unit tema
Pemilihan tema ini dapat dating dari
staf pengajar yaitu guru kelas atau guru bidang studi dan siswa. Biasanya guru
yang memilih tema dasarnya dan dengan musyawarah siswa memilih unit tema.
Pemilihan tema dasar yang dilakukan oleh guru dengan mengaju pada tema dan
materi-materi pada pokok bahasan pada setiap mata pelajaran yang terdapat pada
kurikulum. Tema dapat juga dipilih berdasarkan pertimbangan lain, yaitu tema
yang dipilih merupakan consensus antar siswa, misal dari buku-buku bacaan,
pengalaman, minat, isu-isu, yang sedang beredar di masyarakat dengan mengingat
ketersediaan sarana dan sumber belajar yang sesuai dengan tingkat perkembanagn
siswa.
1) Tema dasar-Unit tema
Tema dapat muncul dari siswa,
kemudian guru yang mengorganisir atau guru melontarkan tema dasar, kemudian
siswa mengembangkan unit temanya.
2) Curah pendapat
Curah pendapat ini bermanfaat untuk
memunculkan tema dasar kemudian dikembangkan menjadi unit tema. Setelah tema
dasar dan unit tema dipilih maka akan terbentuk jaring-jaring.
Ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi dalam penentuan tema, yaitu :
• Penentuan tema merupakan hasil
ramuan dari berbagai materi di dalam satu atau beberapa mata pelajaran.
• Tema diangkat sebagai sarana untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang terpadu dalam materi pelajaran, prosedur
penyampaian, serta pemaknaan pengalaman belajar oleh para siswa.
• Tema disesuaikan dengan
karakteristik belajar siswa sehingga asas perkembangan berpikir anak dapat
dimanfaatkan secara maksimal.
• Tema harus bersifat cukup
problematik atau popular sehingga membuka kemungkinan luas untuk melaksanakan
pembelajaran yang beragam yang mengandung substansif yang lebih luas yang
apabila dibandingkan dengan pembelajaran yang biasa.
Beberapa prosedur pemilihan tema
adalah sebagai berikut :
Model ke-1
Pada model ini tema sudah ditentukan
atau dipilih oleh guru berdasar pada beberapa kurikulum beberapa mata pelajaran
yang kemudian dapat dikembangkan menjadi sub-sub tema atau unit tema.
Model ke-2
Pada model ini tema ditentukan
bersama antara guru dengan siswa. Meskipun demikian tema tidak boleh lepas dari
materi yang akan dipelajari.
Model ke-3
Pada model ini tema ditentukan oleh
siswa dengan bimbingan guru.
b. Langkah perencanaan aktivitas
Langkah perencanaan aktivitas di
sini meliputi : pemilihan sumber, pemilihan aktivitas, dan perencanaan
evaluasi. Evaluasi dalam pembalajaran terpadu meliputi berikut ini :
1. Janis evaluasi yaitu evaluasi
otentik.
2. Sasaran evaluasi berupa proses
dan dan hasil belajar siswa.
3. Aspek yang dievaluasi.
Keseluruhan aspek kepribadian siswa dievaluasi yaitu
meliputi kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
4. Teknik-teknik evaluasi yang
digunakan meliputi :
a. Observasi (mengamati prilaku
hasil belajar siswa) dengan menggunakan daftar cek atau skala penilaian.
b. Wawancara guru dan siswa dengan
menggunakan pedoman wawancara.
c. Evaluasi siswa
d. Jurnal siswa
e. Portofolio
f. Tes prestasi belajar (baku atau
buatan guru)
c. Kontrak belajar
Kontrak belajar ini akan memeberikan
arah dan isi aktivitas siswa dan merupakan suatu kesepakatan antara guru dan
siswa.
2. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran
Terpadu dan Evaluasi
Pada tahap pelaksanan ini
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Aktivitas siswa
Aktivitas dapat berupa : pengumpulan
informasi baik kelompok maupun individual, membaca sumber, wawancara dengan
narasumber, pengamatan lapangan, eksperimen, pengolahan informasi, dan
penyusunan laporan.
b.Kulminasi (Sharing)
Kulminasi (Sharing) dalam bentuk
penilaian proses (merupakan dampak dari proses pembelajaran, dampak pengiring,
prosedur formal dan informal terutama untuk memperoleh balikan) yaitu penyajian
laporan, diskusi dan balikan, unjuk kerja dan pameran, serta evaluasi.
0 comment:
Posting Komentar