Diberdayakan oleh Blogger.

Find Us On Facebook

Jumat, 21 April 2017

PEMBELAJARAN TERPADU DI SD


A.          Pengertian Pembelajaran Terpadu
Terdapat dua istilah yang secara teoritis memiliki hubungan yang saling terkait dan ketergantungan satu dan lainya, yaitu intregated intregrated curriculum (kurikulum terpadu) dan intregated learning (pembelajaran terpadu). Kurikulum terpadu adalah kurikulum yang menggabungkan sejumlah disiplin ilmu melalui pemaduan isi, keterampilan dan sikap. Rasional pemaduan itu antara lain disebabkan oleh beberapa hal berikut,
1.        Kebanyakan masalah dan pengalaman (termasuk pengalaman belajar) bersifat interdisipliner, sehingga untuk memahami, memepelajari dan memecahkanya diperlukan multi-skill.
2.        Adanya tuntutan interaksi kolaboratif yang tinggi dalam memecahkan berbagai masalah.
3.        Memudahkan anak membuat hubungan antar skemata dan transfer pemahaman antar konteks.
4.        Demi efisiensi.
5.        Adanya tuntutan keterlibatan anak yang tinggi dalam proses pembelajaran.
Sejalan dengan hal tersebut diatas, pembelajaran terpadu banyak dipengaruhi oleh eksplorasi topik yang ada di dalam kurikulum sehingga anak dapat belajar menghubungkan proses dan isi pembelajaran secara lintas disiplin dalam waktu bersamaan.
Perbedaan yang mendasar dari konsepsi kurikulum terpadu dan pembelajaran terpadu terletak pada segi perencanaan dan pelaksanaannya. Pembelajaran terpadu seharusnya bertolak dari kurikulum terpadu, tetapi kenyataan menunjukkan bahwa banyak kurikulum yang memisahkan mata pelajaran satu dengan yang lainnya menuntut pembelajaran yang sifatnya terpadu.
Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dasar dikatakan sebagai pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran terpadu, anak akan memahami konsep- konsep yang mereka pelajari itu melalui pengalaman langsung karena di dalamnya orang mengalami keterlibatan secara keseluruhan, yaitu pikiran dan perasaan. Pengalaman langsung dalam proses belajar mengajar dapat terjadi melalui percobaan, diskusi, penelitian, proyek pelayanan, dan sebagainya) dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.
Kecenderungan pembelajaran terpadu yakni sebagai pendekatan yang berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak (Developmentally Appropriate Practice). Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak drill sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak. Para Gestaltis adalah tokoh- tokoh yang dirujuk berkenaan dengan pembelajaran yang harus bermakna, disamping juga teori Piaget dan para Kognitivis lain yang menekankan pentingnya program pembelajaran yang berorientasi DAP.
Pelaksanaan pendekatan ini bertolak dari suatu topic atau tema yang dipilih/ dikembangkan guru bersama anak. Tujuan dari tema ini bukan untuk literasi bidang studi, akan tetapi konsep- konsep dari bidang studi terkait dijadikan alat dan wahana untuk mempelajari dan menjelajahi topic atau tema tersebut.
Jika dibandingkan dengan pendekatan konvensional, pembelajaran terpadu tampaknya lebih menekankan keterlibatan anak dalam belajar, membuat anak secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan. Pendekatan ini lebih mungkin menjadi sesuatu yang dikemukakan oleh John Dewey dengan konsep Learning by Doing-nya.
Pendekatan pembelajaran terpadu dapat dipandang sebagai upaya untuk memperbaiki upaya pendidikan di tingkat dasar, terutama dalam rangka mengimbangi gejala penjejalan kurikulum yang sering terjadi dalam proses pembelajaran di sekolah.
Walaupun “penjejalan kurikulum” mungkin mengandung unsur kebaikan, namun di pihak lain efeknya pada perkembngan anak- anak adalah buruk, karena menuntut anak mengerjakan aktivitas atau tugas yang melebihi kapasitas dan kebutuhan mereka. Efek negative itu menyebabkan anak kehilangan sesuatu yang lain seharusnya bisa mereka kerjakan. Jika anak hanya merrespon tanda- tanda dari guru, mereka akan kehilangan pengelaman pembelajaran alamiah langsung, pengalaman sensorik dari dunia mereka yang membentuk dasar kemampuan pembelajaran abstrak menjadi tidak tesentuh. Padahal itu merupakan karakteristik utama perkembangan utama anak Sekolah Dasar.
Berdasarkan uraian diatas, maka pengertian pembelajaran terpadu dapat dilihat sebagai berikut:
1.        Pembelajaran yang beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian (center of interest) yang digunakan untuk memahami gajala- gejala dan konsep lain baik yang berasal dari bidang studi lainnya,
2.        Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi yang mencerminkan dunia nyata disekeliling dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak.
3.        Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan anak secara simultan
4.        Merakit atau menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda, dengan harapan anak akan belajar dengan lebih baik dan bermakna.
Pengertian pembelajaran terpadu menurut beberapa pakar pembelajaran terpadu, yaitu:
1.      Menurut Cohen, Manion, dan Brand terdapat tiga kemungkinan fariasi pemebelajaran terpadu yang berkaitan dengan pendidikan yang dilaksanakan dalam suasana pendidikan progresif yaitu :
a.       Kurikulum terpadu (integrated curriculum)
Kurikulum terpsdu adalah kegiatan menata keterpaduan berbagai materi mata pelajaran melalui suatu tema lintas bidang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna sehingga batas antara berbagai bidang studi tidaklah ketat ataua boleh dikatakan tidak ada.
b.      Hari terpadu (integrated day)
Hari terpadu berupa perencanaan kegiatan siswa dari suatu kelas pada hari tertentu untuk mempelajari atau mengerjakan berbagai kegiatan sesuai dengan minat mereka.
c.       Pembelajaran terpadu (integrated learning)
Pembelajaran terpadu menunjuk pada kegiatan belajar yang terorganisasikan secara lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu atau pelajaran tertentu sebagai titik pusatnya (center core / center of interest)
2.      Menurut Prabowo, Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi.
Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik. Pendekatan yang berasal dari teori pembelajaran yang menolak drill-system sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur inteleklual anak.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran terpadu adalah pendekatan pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek, baik dalam intra pelajaran maupun antar mata pelajaran dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.

B.            Prinsip-prinsip Pembelajaran Terpadu
1.        Prinsip penggalian tema
a.         Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan memadukan banyak bidang studi
b.        Tema harus bermakna, artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya
c.         Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak
d.        Tema yang dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak
e.         Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi dalam rentang waktu belajar
f.         Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku, serta harapan dari masyarakat.
g.        Tema yang dipilih juga hendaknya mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.
2.        Prinsip pelaksanaan pembelajaran terpadu
a.         Guru hendaknya menjadi “single actor” yang mendominasi pembicaraan dalam proses belajar mengajar
b.        Pemberian tanggungjawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugasyang menuntut adanya kerjasama kelompok
c.         Guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam proses perencanaan.
3.        Prinsip evaluasi
a.         Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping untuk evaluasi lainnya.
b.        Guru perlu mengajak siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan criteria keberhasilan pencapaian tujuan yang telah disepakati dalam kontrak.
4.        Prinsip reaksi
Guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap reaksi siswa dalam semua “event” yang tidak diarahkan ke aspek yang sempit tetapi ke suatu kesatuan utuh dan bermakna.
Waktu pembelajaran terpadu bisa bermacam-macam yaitu:
a.         Pembelajaran terpadu yang dilaksanakan pada waktu tertentu, yaitu apabila materi yang apabila materi yang dijalankan cocok sekali diajarkan secara terpadu.
b.        Pembelajaran terpadu bersifat temporer, tanpa kepastian waktu dan bersifat situasional, dimana pelaksanaanya tidak mengikuti jadwal yang teratur.
c.         Pembelajaran terpadu secara periodik, misalnya setiap akhir minggu, atau akhir caturwulan. Waktu-waktunya telah dirancang secara pasti.
d.        Pembelajaran terpadu sehari penuh, selama satu hari tidak ada pembelajaran yang lain, yang ada siswa belajar dengan yang diinginkan, siswa sibuk dengan urusanya masing-masing. Pembelajaran terpadu ini dikenal dengan istilah “intregated day” atau hari terpadu.diawali dengan kegiatan pengelolaan kelas yang meliputi penyiapan aspek-aspek kegiatan belajar, alat-alat, media dan peralatan lainya yang menunjang terlaksanaya pembelajaran terpadu.

KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN TERPADU
Penerapan pendekatan pembelajaran terpadu di sekolah dasar biasa disebut sebagai suatu upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan, terutama dalam rangka mengimbangi gejala penjejalan isi kurikulum yang sering terjadi dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah-sekolah. Penjejalan isi kurikulum tersebut dikhawatirkan akan mengganggu perkembangan anak, karena terlalu banyak menuntut anak untuk mengerjakan aktivitas atau tugas-tugas yang melebihi kapasitas dan kebutuhan mereka. Dengan demikian anak kehilangan sesuatu yang seharusnya bisa mereka kerjakan. Jika dalam proses pembelajaran anak hanya merespon segalanya dari guru, maka mereka akan kehilangan pengalaman pembelajaran yang alamiah dan langsung (direct experiences). Pengalaman-pengalaman sensorik yang membentuk dasar kemampuan pembelajaran abstrak siswa tidak tersentuh, hal tersebut merupakan karakteristik utama perkembangan anak usia sekolah dasar. Di sinilah mengapa pembelajaran terpadu sebagai pendekatan baru dianggap penting untuk dikembangkan di sekolah dasar.
Menurut Depdikbud (1996:3), pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik atau ciri-ciri yaitu: holistik, bermakna, otentik, dan aktif.
1.    HOLISTIK
Suatu gejala atau fenomena yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari beberapa bidang kajian sekaligus,tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Pembelajaran terpadu memungkinkann siswa untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi. Pada gilirannya nanti, hal ini akan membuat siswa lebih arif dan bijak di dalam menyikapi atau mengahdapi kejadian yang ada di depan mereka.


2.    BERMAKNA
Pengkajian suatu fenomena dari berbagai aspek seperti yang dijelaskan di atas, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar konsep-konsep yang berhubungan yang disebut skemata. Hal ini akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari. Rujukan yang nyata dari semua konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lainnya akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari. Selanjutnya, hal ini akan mengakibatkan pembelajaran yang fungsional. Siswa mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah yang muncul dalam kehidupannya.
3.    OTENTIK
Pembelajaran terpadu memungkinkan  siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara langsung. Mereka memahami dari hasil belajarnya sendiri, bukan sekedar pemberitahuan guru. Informasi dan pengetahuan yang diperoleh sifatya lebih otentik. Misalnya, hukum pemantulan cahaya diperoleh siswa melalui eksperimen. Guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, sedangkan siswa bertindak sebagai aktor pencari informasi dan pemberitahuan.
4.    AKTIF
Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran, baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional guna tercapainya hasil belajar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat dan kemampuan siswa sehingga mereka termotivasi untuk terus-menerus belajar. Dengan demikaian, pembelajaran terpadu bukan hanya sekedar merancang aktivitas-aktivitas dari masing-masing mata pelajran yang saling terkait. Pembelajaran terpadu bisa saja dikembangkan dari suatu tema yang disepakati bersama dengan melirik aspek-aspek kurikulum yang bisa dipelajari secara bersama melalui pengembangan tema tersebut.


Selain itu, Hilda Karli dan Margaretha (2002:15) mengemukakan beberapa ciri pembelajaran terpadu, yaitu sebagai berikut :
1.    Holistik, suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi.
2.    Bermakna, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari dan diharapkan anak mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah- masalah nyata di dalam kehidupannya.
3.    Aktif, pembelajaran terpadu dikembangkan melalui pendekatan diskoveri-inquiri. Peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran yang secara tidak langsung dapat memotivasi anak untuk belajar.

Sejalan dengan itu, Tim Pengembang PGSD (1977: 7) mengemukakan bahwa pembelajaran terpadu memiliki ciri-ciri berikut ini :
1.    Berpusat pada anak (Student Centered)
Pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu system pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa, baik secara individu maupun secara kelompok. Siswa dapat aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya. Siswa dapat mencari tahu sendiri apa yang dia butuhkan. Hal ini sesuai dengan penedekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar. peran guru lebih banyak sebagai fasilitator yaitu memberkan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
2.    Memberikan pengalaman langsung pada anak (Direct Experince)
Pembelajaran terpadu diprogramkan untuk melibatkan siswa secara langsung pada konsep dan prisip yang dipelajari dan memungkinkan siswa belajar dengan melakukan kegiatan secara langsung sehingga siswa akan memahami hasil belajarnya secara langsung. Siswa akan memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami, bukan sekedar memperoleh informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator yang membimbing ke arah tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan siswa sebagai aktor pencari fakta serta informasi untuk mengembangkan pengetahuannya. Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3.    Pemisahan antara bidang studi tidak begitu jelas
Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak/dibatasi. Sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi, yang pada gilirannya nanti akan membuat siswa lebih arif dan bijak dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada.
Bahkan dalam pelaksanaan kelas-kelas awal, fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4.    Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses pembelajaran
Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan antarskema yang dimiliki oleh siswa, sehingga akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari siswa. Hasil yang nyata didapat dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang dipelajari siswa. Hal ini mengakibatkan kegiatan belajar menjadi lebih bermakna. Dari kegiatan ini diharapkan dapat berakibat pada kemampuan siswa untuk dapat menerapkan apa yang diperoleh dari belajarnya pada pemecahan masalah-masalah yang nyata dalam kehidupan siswa tersebut sehari-hari. Dengan demikian siswa dapat memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untik membantu siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari.

5.    Bersikap luwes (Fleksibel)
Pembelajaran terpadu bersifat luwes, sebab guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu bahan ajar dengan mata pelajaran lainnya, bahkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
6.    Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu bertolak dari minat dan kebutuhan siswa. Menggunakan prinsip belajar menyenangkan bagi siswa. Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. Dengan demikian, siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.

Dari beberapa pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran terpadu meliputi:
1.    Berpusat pada anak
Pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa, baik secara individu maupun secara kelompok. Sehingga siswa dapat aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya dan dibutuhkannya sesuai dengan perkembangannya. Dalam pembelajaran terpadu peran guru lebih banyak sebagai fasilitator dan siswa dituntut untuk selalu  aktif dalam pembelajaran.
Contoh:
Guru melaksanakan tugasnya sebagai fasilitator, salah satunya menciptakan suasana kelas yang menyenangkan. Sehingga kelas lebih terasa nyaman dan mengasyikan untuk belajar. Selain itu, guru dapat berperan sebagai fasilitator dalam kegiatan praktikum. Guru hanya memberi petunjuk dan mengarahkan proses pelaksanaan praktikum. Siswa melaksanaakan praktikum sendiri sesuai dengan arahan dari guru. Siswa mencatat hasil praktikumnya. Guru meluruskan konsep yang salah. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil praktikum.
2.    Otentik
Pembelajaran terpadu diprogramkan untuk melibatkan siswa secara otentik (langsung)  pada konsep dan prisip yang dipelajari.   Kegiatan tersebut memungkinkan siswa belajar dengan melakukan kegiatan secara langsung sehingga siswa akan memahami hasil belajarnya secara langsung sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami, bukan sekedar memperoleh informasi dari gurunya. Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
Contoh:
Guru mengajak siswa ke tempat sesuai dengan materi pelajaran yang dipelajari, misalnya museum, pantai, gunung, kebun, dan lain sebagainya. Dengan pengalaman langsung tersebut, siswa dapat mengetahui dengan jelas serta memahami materi yang dipelajari.
3.    Pemisahan antara bidang studi tidak begitu jelas
Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan suatu peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus. Pemisahan antara bidang studi tidak ditonjolkan. Sehingga  memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
Contoh:
Guru bercerita “Menjenguk Teman yang Sakit”. 
“Jam 06.30, Andi pergi ke sekolah. Sebelum berangkat, tidak lupa Andi berpamitan kepada kedua orang tuanya. Sesampainya disekolah, Andi dan teman-temannya dikejutkan dengan berita bahwa Jery teman sekelasnya tidak masuk sekolah karena mengalami kecelakaan lalu lintas. Jery melanggar peraturan lalu lintas karena ia mengendarai sepeda di sebelah kanan jalan. Andi dan teman-temannya iuran untuk menjenguk Jery. Uang iuran terkumpul Rp.100.000,00. Uang tersebut dibelikan 2 bungkus Roti tawar, masing-masing seharga Rp. 7.500,00. Selain itu membeli buah-buahan : 1 kilogram Apel seharga Rp.20.000,00 dan 2 kilogram jeruk seharga Rp. 30.000,00 dan sisanya ditaruh di dalam amplop untuk diberikan kepada Jery.
4.    Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses pembelajaran
Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan antarskema yang dimiliki oleh siswa, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari secara utuh dan diharapkan anak mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah nyata di dalam kehidupannya.
Contoh:
Siswa belajar tentang jual beli dengan menggunakan metode bermain peran. Ada yang berperan sebagai penjual dan pembeli. Dalam bermain permain peran tersebut, terjadi interaksi antara penjual dan pembeli. Dalam berinteraksi sebagai penjual dan pembeli terdapat komunikasi. Jadi, siswa dapat belajar bagaimana cara berkomunikasi yang baik (mata belajaran Bahasa Indonesia), materi tentang pasar tersebut (penjual, pembeli, tawar-menawar) termasuk dalam mata pelajaran IPS dan tawar menawar harga yang terjadi antara penjual dan pembeli termasuk dalam pembelajaran matematika. Jadi, dalam kegiatan pembelajaran tersebut terdapat kebermaknaan antar konsep mata pelajaran satu dengan mata pelajaran lain.
5.    Bersikap luwes
Pembelajaran terpadu bersifat luwes, sebab guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu bahan ajar dengan mata pelajaran lainnya, bahkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
Contoh:
Guru dengan fleksibel dapat mengaitkan beberapa bahan ajar. Dalam mengaitkan beberapa bahan ajar tersebut, guru menyesuaiakan dengan lingkungan sekitar siswa. Misalnya dalam pelajaran olahraga, siswa sedang bermain bola. Kemudian dalam pembelajaran IPA materi gravitasi bumi, guru membahas kembali kegiatan ketika olah raga. Guru menanyakan mengapa bola dilempar akan jetuh ke tanah?
6.    Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu bertolak dari minat dan kebutuhan siswa. Menggunakan prinsip belajar menyenangkan bagi siswa. Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Tujuan Pembelajaran Terpadu
Pembalajaran terpadu dikembangkan selain untuk mencapai tujuan pembalajaran yang telah
ditetapkan, diharapkan siswa juga dapat :
1. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna,
2. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan informasi,
3. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan,
4. Menumbuhkembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain,
5. Meningkatkan minat dalam belajar,
6. Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

D. Kemanfaatan Pembalajaran Terpadu
Ada beberapa manfaat dalam menggunakan pembelajara terpadu, yaitu :
1. Memungkinkan anak mengekplorasi dan mengekpresikan pengetahuan dan keterampilannya melalui berbagai kegiatan.
2. Meningkatkan pemahaman anak secara komprehensif.
3. Meningkatkan kecakapan berpikir anak
4. Banyak topik yang tertuang di setiap mata pelajaran mempunyai keterkaiatan konsep dengan yang dipelajari siswa.
5. Pada pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memanfaatkan keterampilannya yang dikembangkan dari mempelajari keterkaitan antarmata pelajaran.
6. Pembelajaran terpadu melatih siswa untuk semakin banyak membuat hubungan inter dan antarmata pelajaran, sehingga siswa mampu memproses informasi dengan cara yang sesuai daya pikirnya dan memungkinkan berkembangnya jaringan konsep-konsep.
7. Pembalajaran terpadu membantu siswa dapat memecahkan masalah dan berpikir kritis untuk dapat dikembangkan melalui keterampilan dalam situasi nyata.
8. Daya ingat (retensi) terhadap materi yang dipelajari siswa dapat ditingkatkan dengan jalan memberikan topik-topik dalam berbagai ragam situasi dan berbagai ragam kondisi.
9. Dalam pembelajaran terpadu transfer pembelajaran dapat mudah terjadi bila situasi pembelajaran dekat dengan situasi kehidupan nyata.
10. Meningkatkan interaksi sosial anak.
11. Meningkatkan profesionalisme guru.


E. Model-model pembelajaran terpadu

1. Pembelajaran Terpadu Tipe Terhubung (Connected)
Connected Model adalah model pengembangan kurikulum yang menggabungkan secara jelas satu topik dengan topik berikutnya, satu konsep dengan konsep lainnya, satu kemampuan dengan kemampuan lainnya, kegiatan satu hari dengan hari lainnya, dalam satu mata pelajaran.
Contoh pengajaran menggunakan pembelajaran terpadu tipe terhubung (connected) :
Guru menghubungkan/menggabungkan konsep matematika tentang uang dengan konsep jual beli, untung rugi, simpan pinjam, dan bunga.
a. Kelebihan
1. Guru akan dapat melihat gambaran yang menyeluruh dan kemampuan/indikator yang digabungkan;
2. kegiatan anak lebih terarah untuk mencapai kemampuan yang tertera pada indikator;
3. siswa memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang suatu konsep sehingga transfer pengetahuan akan sangat mudah karena konsep-konsep pokok dikembangkan terus-menerus;
4. siswa dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas dan luas dari konsep yang dijelaskan dan juga siswa diberi kesempatan untuk melakukan pedalaman, tinjauan, memperbaiki dan mengasimilasi gagasan secara bertahap.

b. Kekurangan
1. model ini belum memberikan gambaran yang menyeluruh karena belum menggabungkan bidang-bidang pengembangan/mata pelajaran yang lain;
2. model ini kurang mendorong guru bekerja sama karena relatif mudah dilaksanakan secara mandiri;
3. bagi guru bidang studi mungkin kurang terdorong untuk menghubungkan konsep yang terkait karena sukarnya mengatur waktu untuk merundingkannya atau karena terfokus pada keterkaitan konsep, maka pembelajaran secara global jadi terabaikan.

2. Pembelajaran Terpadu Model Jaring Laba-Laba (Webbed)
Tahapan atau Langkah untuk membuat rancangan pembelajaran terpadu dengan model jaring laba-laba di TK, yaitu:
1. mempelajari kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator setiap bidang pengembangan untuk masing-masing kelompok usia;
2. mengidentifikasi tema dan subtema dan memetakannya dalam jaring tema;
3. mengidentifikasi indikator pada setiap kompetensi bidang pengembangan melalui tema dan subtema;
4. menentukan kegiatan pada setiap bidang pengembangan dengan mengacu pada indikator yang akan dicapai dan subtema yang dipilih;
5. menyusun Rencana Kegiatan Mingguan;
6. menyusun Rencana Kegiatan Harian.
Contoh dari penggunaan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba (webbed) ini adalah : siswa dan guru menentukan tema misalnya air, maka guru-guru mata pelajaran dapat mengajarkan tema air itu ke dalam sub-sub tema misalnya siklus air, kincir air, air waduk, air sungai, bisnis air dari PDAM yang tergabung dalam mata pelajaran matematika, IPS, IPA, dan Bahasa.
a. Kelebihan
1. Siswa adalah diperolehnya pandangan hubungan yang utuh tentang kegiatan dari ilmu-ilmu yang berbeda;
2. faktor motivasi berkembang karena adanya pemilihan tema yang didasarkan pada minat siswa;
3. siswa dapat dengan mudah melihat bagaimana kegiatan yang berbeda dan ide yang berbeda dapat saling berhubungan.

b. Kekurangan
1. kecenderungan untuk mengambil tema sangat dangkal sehingga kurang bermanfaat bagi siswa;
2. seringkali guru terfokus pada kegiatan sehingga materi atau konsep menjadi terabaikan;
3. memerlukan keseimbangan antara kegiatan dan pengembangan materi pelajaran.

3. Pembelajaran Terpadu Model Integrated (Terpadu)
Integrated Model adalah model pengembangan kurikulum yang menggunakan pendekatan lintas bidang ilmu utama dengan mencari keterampilan, konsep dan sikap yang tumpangtindih. Dalam konteks pembelajaran TK, Integrated Model adalah model pengembangan kurikulum yang menggunakan pendekatan lintas bidang pengembangan. Model ini berusaha memberikan gambaran yang utuh pada anak tentang tujuan melakukan kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam bidang-bidang pengembangan.
Contoh penerapan pembelajaran terpadu tipe keterpaduan adalah : Pada awalnya guru menyeleksi konsep-konsep keterampilan dan nilai sikap yang diajarkan dalam satu semester dari beberapa mata pelajaran misalnya: matematika, IPS, IPA dan Bahasa. Selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan dan nilai sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindih di antara beberapa mata pelajaran.
a. Kelebihan
1. Guru akan dapat melihat gambaran yang menyeluruh dari kemampuan yang dikembangkan dari berbagai bidang studi/mata pelajaran;
2. memberikan kegiatan yang lebih terarah pada tiap bidang pengembangan untuk mencapai kemampuan yang telah ditentukan pada indikator;
3. siswa merasa senang dengan adanya keterkaitan dan hubungan timbale balik antar berbagai disiplin ilmu;
4. memperluas wawasan dan apresiasi guru.

b. Kekurangan
1. Cukup sulit dilaksanakan karena membutuhkan guru yang berkemampuan tinggi dan yakin dengan konsep dan kemampuan yang akan dikembangkan di setiap bidang pengembangan;
2. kurang efektif karena membutuhkan kerjasama dari banyak guru;
3. sulit mencari keterkaitan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya, juga mencari keterkaitan aspek keterampilan yang terkait;
4. dibutuhkan banyak waktu pada beberapa mata pelajaran untuk didiskusikan guna mencari keterkaitan dan mencari tema.

F. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Terpadu

1. Kelebihan
Kelebihan tersebut didasari oleh beberapa alasan.
1. Materi pelajaran menjadi dekat dengan kehidupan anak sehingga anak dengan mudah memahami sekaligus melakukannya.
2. Siswa juga dengan mudah dapat mengaitkan hubungan materi pelajaran di mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran lainnya.
3. Dengan bekerja dalam kelompok, siswa juga dapat mengembangkan kemampuan belajarnya dalam aspek afektif dan psikomotorik, selain aspek kognitif.
4. Pembelajaran terpadu mengakomodir jenis kecerdasan siswa.
5. Dengan pendekatan pembelajaran terpadu guru dapat dengan mudah menggunakan belajar siswa aktif sebagai metode pembelajaran.
2. Kekurangan
1. Aspek Guru: Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran terpadu akan sulit terwujud.
2. Aspek peserta didik: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif “baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif (menggali dan menemukan). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.
3. Aspek sarana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat.
4. Aspek kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.
5. Aspek penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda.
6. Suasana pembelajaran: Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan ‘tenggelam’nya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengajarkan sebuah TEMA, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri.
G. Cara/Strategi Pembalajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu memadukan siswa dan memadukan materi-materidari matapelajaran-matapelajaran.
1. Integrasi melalui pemaduan siswa
Cara ini memadukan beberapa kelas menjadi satu kelas, sehingga 1 pembelajaran kelas diikuti oleh lebih dari satu tungkat usia siswa. Misalnya kelas 1 dan kelas 2 SD diajar matematika bersama-sama. Cara ini tentunya memerlukan keahlian guru untuk memberikan tugas yang bertingkat sehingga siswa belajar dari yang mudah menuju tingkat yang lebih sulit. Siswa kelas 1 dapat belajar dari siswa yang lebih tua dan lebih pengetahuannya, sedangkan siswa yang lebih tua (kelas 2) dapat mengajarkan pengetahuannya kepada siswa yang lebih muda.
2. Integrasi materi/mata pelajaran
Cara ini memadukan materi dari beberapa mata pelajaran dalam satu kesatuan kegiatan pembelajaran. Dalam 1 kegiatan pembelajaran siswa belajar berbagai mata pelajaran misal matematika, Bahasa, IPA, dan IPS. Cara ini biasanya dilakukan dengan memadukan topik-topik (tema-tema) menjadi satu kesatuan tema yang disebut tematik unit. Tematik unit merupakan rangkaian tema yang dikembangkan dari suatu tema dasar. Sedangkan tema dasar merupakan pilihan atau kesepakatan antara guru dengan siswa berdasarkan kajian keseharian yang dialami siswa dengan penyesuaian dari materi-materi yang ada pada kurikulum. Selanjutnya tema dasar tersebut dikembangkan menjadi banyak tema yang disebut unit tema (subtema).

H. Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu
Pada dasarnya ada 2 tahap yang harus dilalui dalam prosedur pembelajaran terpadu yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi.
1. Tahap Perencanaan Pembelajaran Terpadu
Perencanaan pembelajaran pada dasarnya adalah rangkaian yang memuat isi dan kegiatan pembelajaran yang bersifat menyeluruh dan sistematis, yang akan digunakan sebagai pedoman oleh guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Dalam pembalajaran terpadu perencanaan yang harus dilakukan seorang guru adalah sebagai berikut :
a. Pemilihan tema dan unit-unit tema
Pemilihan tema ini dapat dating dari staf pengajar yaitu guru kelas atau guru bidang studi dan siswa. Biasanya guru yang memilih tema dasarnya dan dengan musyawarah siswa memilih unit tema. Pemilihan tema dasar yang dilakukan oleh guru dengan mengaju pada tema dan materi-materi pada pokok bahasan pada setiap mata pelajaran yang terdapat pada kurikulum. Tema dapat juga dipilih berdasarkan pertimbangan lain, yaitu tema yang dipilih merupakan consensus antar siswa, misal dari buku-buku bacaan, pengalaman, minat, isu-isu, yang sedang beredar di masyarakat dengan mengingat ketersediaan sarana dan sumber belajar yang sesuai dengan tingkat perkembanagn siswa.
1) Tema dasar-Unit tema
Tema dapat muncul dari siswa, kemudian guru yang mengorganisir atau guru melontarkan tema dasar, kemudian siswa mengembangkan unit temanya.
2) Curah pendapat
Curah pendapat ini bermanfaat untuk memunculkan tema dasar kemudian dikembangkan menjadi unit tema. Setelah tema dasar dan unit tema dipilih maka akan terbentuk jaring-jaring.


Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam penentuan tema, yaitu :
• Penentuan tema merupakan hasil ramuan dari berbagai materi di dalam satu atau beberapa mata pelajaran.
• Tema diangkat sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran yang terpadu dalam materi pelajaran, prosedur penyampaian, serta pemaknaan pengalaman belajar oleh para siswa.
• Tema disesuaikan dengan karakteristik belajar siswa sehingga asas perkembangan berpikir anak dapat dimanfaatkan secara maksimal.
• Tema harus bersifat cukup problematik atau popular sehingga membuka kemungkinan luas untuk melaksanakan pembelajaran yang beragam yang mengandung substansif yang lebih luas yang apabila dibandingkan dengan pembelajaran yang biasa.
Beberapa prosedur pemilihan tema adalah sebagai berikut :
Model ke-1
Pada model ini tema sudah ditentukan atau dipilih oleh guru berdasar pada beberapa kurikulum beberapa mata pelajaran yang kemudian dapat dikembangkan menjadi sub-sub tema atau unit tema.
Model ke-2
Pada model ini tema ditentukan bersama antara guru dengan siswa. Meskipun demikian tema tidak boleh lepas dari materi yang akan dipelajari.
Model ke-3
Pada model ini tema ditentukan oleh siswa dengan bimbingan guru.
b. Langkah perencanaan aktivitas
Langkah perencanaan aktivitas di sini meliputi : pemilihan sumber, pemilihan aktivitas, dan perencanaan evaluasi. Evaluasi dalam pembalajaran terpadu meliputi berikut ini :
1. Janis evaluasi yaitu evaluasi otentik.
2. Sasaran evaluasi berupa proses dan dan hasil belajar siswa.
3. Aspek yang dievaluasi. Keseluruhan aspek kepribadian siswa dievaluasi yaitu
meliputi kognitif, afektif, dan psikomotorik.
4. Teknik-teknik evaluasi yang digunakan meliputi :
a. Observasi (mengamati prilaku hasil belajar siswa) dengan menggunakan daftar cek atau skala penilaian.
b. Wawancara guru dan siswa dengan menggunakan pedoman wawancara.
c. Evaluasi siswa
d. Jurnal siswa
e. Portofolio
f. Tes prestasi belajar (baku atau buatan guru)
c. Kontrak belajar
Kontrak belajar ini akan memeberikan arah dan isi aktivitas siswa dan merupakan suatu kesepakatan antara guru dan siswa.
2. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu dan Evaluasi
Pada tahap pelaksanan ini langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Aktivitas siswa
Aktivitas dapat berupa : pengumpulan informasi baik kelompok maupun individual, membaca sumber, wawancara dengan narasumber, pengamatan lapangan, eksperimen, pengolahan informasi, dan penyusunan laporan.
b.Kulminasi (Sharing)
Kulminasi (Sharing) dalam bentuk penilaian proses (merupakan dampak dari proses pembelajaran, dampak pengiring, prosedur formal dan informal terutama untuk memperoleh balikan) yaitu penyajian laporan, diskusi dan balikan, unjuk kerja dan pameran, serta evaluasi.


0 comment:

Posting Komentar